Penyeudup

sewaktu melintasi perbatasan pontianak-sarawak dengan sebuah sepeda, bambang dihentikan oleh penjaga perbatasan seraya menunjuk dua buah tas di punggungnya

"apa isi tas itu?"

"pasir," jawab bambang

"tolong diturunkan, kami ingin memeriksanya"

mengikuti permintaan penjaga perbatasan, bambang lalu mengosongkan kedua tasnya dan menunjukkan bahwa isinya memang pasir, seperti dikatakan sebelumnya.kemudian ia mengisi tasnya kembali dan melanjutkan perjalanannya menyeberang perbatasan

Dua minggu kemudian, bambang mengulangi perbuatannya sekali lagi penjaga memintanya berbuat yang sama, dan sekali lagi memang pasir.

Ini berlangsung setiap dua minggu selama enam bulan sampai bambang tidak pernah lagi muncul untuk menyeberangi perbatasan.

Pada suatu hari, ketika penjaga perbatasan yang kerap menanyai bambang itu sedang tidak bertugas, ia bertemu bambang di kota pontianak

"hai kawan, anda memang betul-betul membuat kami gila," kata penjaga perbatasan itu"kami tahu bahwa anda menyelundupkan sesuatu ke seberang perbatasan saya akan merahasiakannya, tapi apa yang anda selundupkan sebenarnya?"

"sepeda!" jawab bambang


Orang Gila Dan Ginting

Ceritanya ada 3 orang gila. Mereka lagi di tes apakah mereka masih gila apa sudah waras. Kemudian mereka disediakan kolam renang kosong.

Orang gila pertama, "Hiaaaat!! Braaak!!!". Wah berarti masih gila ini orang.

Orang gila kedua, "Ciaat!!!Braaaak!!". Wah berarti ini orang juga masih gila.

Ketika orang gila ke tiga, dia cuma jongkok saja di pinggiran. Wah berarti ini orang sudah waras.

Dia ditanya oleh dokternya, "Kok, kamu tidak lompat?".

Jawabnya, "Nggak ahh, airnya dingin......!!"


***


Poltak Ginting, yang berkuliah di Yogya, sedang jalan-jalan di Pasar Beringharjo. Poltak ini agak budheg karena waktu kecil suka main mercon.

Tibalah rasa hausnya dan ia ingin membeli cendol alias es dawet.

"Mbok, beli cendolnya dong"

"Sampun telas, Nak" Jawab Mbok dawet.

"Ya, pakai gelas" Sahut Poltak.

"Sampun mboten wonten, Nak" Kata Mbok dawet sekali lagi.

"Ya, tentu dong pakai santen"

"Dasar wong edan" keluh Mbok dawet.

"Wah, Simbok koq tahu kalau saya dari Medan" Poltak makin keheranan.

"Kowe dasar sinting" umpat Mbok dawet.

"Betul sekali nama saya Ginting"

"????????"


Antrian Pembeli Susu

Seorang bapak-bapak yang sangat sayang kepada anaknya sedang antri untuk mendapatkan sekaleng susu. Sudah lima jam dia mengantri tetapi tidak mendapatkan barang yang diinginkan karena panjangnya antrian.

Marahlah dia. "Gila!!, gue harus bunuh orang yang menyebabkan semua hal ini".

Maka pergilah dia ke jalan Cendana untuk melaksanakan niatnya. Dua jam kemudian dia kembali dengan wajah loyo.

"Bagaimana sudah berhasil misinya?" Dengan lemesnya dia menjawab,

"Antrian di sana lebih panjaaang"


Ketinggalan

Syahdan, terbetik berita tentang adanya tokoh terkenal dari Indonesia yang berobat ke Jerman.

Keluhan tokoh ini kepalanya kerap kali pusing. Kabarnya sebab siang malam tokoh ini selalu memikirkan nasib rakyat kecil, lebih-lebih dalam keadaan krisis ekonomi sekarang ini. Konon tokoh yang di agung-agungkan masyarakat ini secara diam-diam nyelonong ikut ke Jerman untuk mendatangi dokter "ahli bedah otak" ketika Presiden RI berobat kesana.

Ketelitian dan kecanggihan dokter Jerman memang sudah terkenal diseantero dunia, bahkan sejak sebelum PD II. Setelah tokoh itu kepalanya diperiksa dengan terliti, maka barulah mereka mengadakan konsultasi di ruang kerja dokter itu.

Tokoh : "Bagaimana, dokter?"

Dokter: "Agak parah! Di Jerman tidak ada pasien separah ini."

Tokoh :"Parah bagaimana?"

Dokter: "Dari hasil penelitian ini saya menemukan otak Tuan penuh diselimuti bintik-bintik hitam kecil. Dan dibalik otak itu terdapat banyak rekaman bayang-bayang gambar, seperti gambar-gambar rupiah yang sudah lusuh dan dollar yang masih baru. Saya sendiri kurang jelas, apa artinya itu.

Tokoh : "Lho, kok?"

Dokter: "Ya, Tuan. Otak itu harus diangkat dari batok kepala, disikat, dicuci, diservice bersih. Tuan bersedia?

Tokoh : "Tentu, saya harus. bersedia, dari pada pusing-pusing terus!

Begitulah, konon batok kepala sang tokoh itu kemudian digerjagi terus dibuka oleh sang dokter. Otak diangkat dikeluarkan dan batok kepala ditutup kembali dengan rapi sehingga tidak meninggalkan bekas. Otak disimpan oleh dokter dan pasien kembali ke Indonesia...

Waktu terus berlalu. Sampai beberapa bulan belum juga otak diambil oleh sang pasien, padahal dokter sudah menyelesaikan pekerjaannya.

Syahdan, ketika sang dokter ikut rombongan delegasi Jerman yang datang ke Indonesia pada pertengahan Februari ini, sang dokter melihat sang tokoh yang menjadi pasiennya dulu itu. Lalu dokte tergopoh menegur sang tokoh tadi.

Dokter: "Lho,Tuan! Otak tuan sudah selesai, harap segera diambil ke Jerman. Saya sudah terlalu lama menyimpannya."

Apa jawab sang tokoh?

Tokoh : "Saya tidak perlu lagi."

Dokter: "Lho, kok? Karena apa?"

Tokoh : "Saya sudah jadi anggota MPR."

Dokter: Ooo ,I see ....(?????????)



Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More